Freedom For Me

Minggu, 18 Maret 2012

Sembuh dengan Cinta.......

Sembuh dengan Cinta.......

Sembuh dengan Cinta. Cinta kasih hangat sesama manusia, terutama dari orang-orang terdekat, kekasih, sanak keluarga, dan para sahabat, merupakan dukungan yang tak ternilai harganya, bahkan melebihi obat-obatan, jarum suntik, botol infus, dan sebagainya.

Mungkin Anda pernah membaca novel Jangan Ambil Nyawaku yang ditulis oleh Titi Said. Meskipun novel itu terbit puluhan tahun lalu, namun semangat hidup tokoh utamanya tetap berkesan hingga kini. Novel itu mengungkapkan betapa kekuatan sebuah cinta bisa menyembuhkan. Betapa tokoh utama dalam novel itu, yang divonnis mengidap penyakit kanker mematikan bisa bertahan hidup karena semangat dan kehangatan cinta dari orang-orang terdekat di sekitarnya.

Cinta Melebihi Obat, Infus, Tabung Gas

Perhatian, kehangatan cinta, dan semangat sang suami jauh melebihi obat, jarum suntik, botol infus, pipa-pipa dan monitor elektronik yang dipasang untuk memperpanjang umur istrinya. Itulah yang diungkapkan dalam novel tersebut. Berkat kekuatan cinta yang tak pernah pudar itu pula, sang istri akhirnya bisa bertahan hidup dan terlepas dari penyakit yang mengancam nyawanya.

Sekalipun hanya fiksi, pasti si penulis punya pesan tersendiri untuk pembacanya bahwa cinta itu memang menyembuhkan. Cinta itu menguatkan dan cinta itu memberi kehidupan. Dan begitu jugalah kehidupan kita sekarang, bahwa sekalipun kita pun bisa terus bertahan dalam hidup ini, itu hanya karena cinta; cinta terhadap sesama dan Tuhan.

Hangatnya cinta kasih sesama manusia, terutama orang-orang terdekat, kekasih, sanak keluarga, dan sahabat, merupakan dukungan yang tak ternilai harganya, bahkan jauh melebihi obat-obatan, jarum suntik, botol infus, dan lainnya. Ini bukan sekadar angan-angan, melainkan masih tetap relevan dengan kehidupan kita sekarang secara kasatmata.

Faktanya, zaman sekarang banyak orang sudah kehilangan cinta. Juga masih banyak paramedis yang hanya mengajukan pertanyaan singkat kepada para pasiennya. Misalnya mereka hanya menanyakan gejala penyakit atau apa yang dirasakan pasien sekilas tanpa berupaya memberikan perhatian atau ‘sedikit’ cinta yang membuat pasien bisa lebih tenang.

Padahal hal ini sangat penting, terutama pada penyakit serius seperti kanker, liver, jantung, ataupun AIDS. Memang diakui bahwa belum ada penelitian ilmiah yang bisa mengukur kekuatan cinta. Namun tak dapat dipungkiri bahwa penyembuhan melalui kekutan cinta adalah pengalaman nyata dalam hidup manusia.

Cinta Mengubah Sesuatu

Cinta memang obat mujarab yang mampu memberi kekuatan. Sebuah tenaga dahsyat yang sanggup menghancurkan rasa sakit. Seorang psikolog bernama Carl Jung menulis bahwa cinta adalah pertemuan dua individu sebagai substansi kimia yang saling bersinggungan. Bila timbul reaksi di antara keduanya, mereka akan mengubah sesuatu.

Dalam kisah novel Jangan Ambil Nyawaku tadi, apakah yang mampu mengubah rasa sakit sang istri menjadi suatu kekuatan baru? Tak lain adalah cinta kasih dan pengorbanan suami. “Persinggungan” rasa cinta di antara kedua tokoh itu menjadi obat mujarab bagi istrinya sehingga ia bisa sembuh.

Dalam ilmu fisika, cinta diibaratkan sebagai kekuatan yang dapat mengubah kita dari ‘individu’ dengan berbagai pengalaman hidup, menjadi sebuah gelombang atau energi dalam hidup kita. Maksudnya, bila terjadi suatu hubungan yang saling memberi dan menerima (cinta) antara satu individu dengan individu lain, maka akan timbul suatu kekuatan yang mampu mengubahkan sesuatu. Hasilnya, cinta pun dapat meneguhkan dan sekaligus menyembuhkan si penderita sehingga ia bisa bertahan hidup.

Cinta Memperpanjang Umur

Kehidupan nyata kita pun demikian halnya. Banyak kisah hidup manusia tentang cinta yang bisa menyembuhkan. Ketika ayah saya mengalami penyakit parah sehingga pasrah untuk dirawat di rumah, kami sekeluarga lumayan repot dibuatnya. Masing-masing anak sudah berkomitmen untuk giliran jaga selain ibu. Saya akui menumbuhkan kesabaran di tengah rasa khawatir tidaklah mudah. Namun karena cintalah yang mendorong kami untuk melakukan itu semua.

Tidak saja hanya menjaga, tetapi terus memantau perkembangan fisik ayah, mulai dari memperhatikan istirahat, makanan kegemaran, minuman, komunikasi, kebersihan tubuhnya, semua menjadi perhatian utama. Tak jarang kami mengajaknya bernostalgia menceritakan masa kecil kami, begitu juga semua hal yang pernah berkesan di hatinya.

Meskipun akhirnya ayah harus meninggalkan kami selamanya, tapi saya tahu pasti perhatian dan cinta yang tulus dari keluarga yang telah merawatnya selama bertahun-tahun, baik di rumah sakit maupun di rumah mampu memperpanjang umurnya yang tadinya hanya singkat menurut perkiraan dokter.

Bagaimana Mencintai Orang Lain?

Anda mungkin sudah paham bahwa cinta bisa menjadi salah satu terapi untuk penyembuhan. Maukah Anda menjadi penyembuh bagi orang-orang yang Anda cintai? Bukankah memberikan cinta itu sebenarnya sangat mudah?

Kenyataannya memang tidak sesederhana itu. Masih banyak di antara kita yang hitung-hitungan dengan cinta, menghitung apa yang sudah diberikan kepada orang lain, padahal cinta ‘kan tidak bisa dihitung. Bahkan cinta tak akan pernah hilang setelah diberi, justru semakin menumpuk bagai investasi. Kita bisa memberikan cinta kepada ratusan orang manusia, namun kita masih tetap memiliki cinta yang sama seperti sebelumnya.

Mencintai Diri Sendiri

Apabila Anda sampai saat ini belum mampu memberikan cinta pada orang lain apalagi orang terdekat Anda, mungkin Anda belum mencintai diri sendiri. Dalam buku “Love” karangan Leo F. Buscaglia disebutkan bahwa “Untuk mencintai orang lain, kita harus mencintai diri kita sendiri.”

Mengapa? Jangankan memberi waktu dan energi pada orang lain, karena pada diri sendiri pun Anda tidak mau meluangkan waktu dan tenaga. Ini prinsip keseimbangan. Namun bukan berarti Anda tidak peduli dengan orang lain karena mencintai diri sendiri, melainkan penuh perhatian, rasa sayang dan menghargai diri sendiri.

Mengenal, Menerima dan Menghargai Diri Sendiri

Seorang profesor di bidang pendidikan dari University of Southern California mengatakan bahwa “Bila Anda sudah mengenal, menerima, dan menghargai diri sendiri dengan kelebihan dan kekurangan Anda atau bahkan keunikan diri, Anda juga akan bisa menerima orang lain apa adanya.”

Jika Anda mencintai diri sendiri, Anda pun dapat mencintai orang lain. Sejauh mana Anda bisa mencintai diri sendiri, maka sedalam itu pulalah Anda bisa mencintai orang lain. Bahkan seorang pakar hubungan suami istri bernama Barbara DeAngelis, Ph. D, mengemukakan lebih rinci bahwa “Cinta berawal dari diri Anda.

Ini merupakan pilihan yang Anda buat dari waktu ke waktu untuk menemukan apa yang dapat Anda persembahkan kepada pasangan Anda.” Kalau Anda hanya menunggu orang yang Anda cintai berbuat atau mengucapkan sesuatu untuk membuat Anda semakin jatuh cinta padanya, atau menyenangkan hatinya belaka, kemungkinan besar
Anda akan kecewa.

Tugas pasangan bukan melulu mencintai Anda, melainkan tugas Andalah mencintainya, mengetahui kebutuhan, memberi perhatian, kasih sayang, penghargaan, menunjukkan kebaikan Anda, dan mensyukuri kehadirannya dalam hidup Anda. Jangan sungkan berkata bahwa “Betapa berartinya dia dalam hidup Anda.” Kemudian, dia pun akan membalas mencintai Anda dan berbuat seperti yang Anda lakukan terhadapnya.

Terus-menerus

Memberikan cinta tidak pandang waktu, melainkan setiap saat. Bila setiap tahun orang memperingati Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang dengan memberikan perhatian atau hadiah kepada orang-orang terkasih, maka jadikanlah Hari Valentine menjadi menu sehari-hari dalam hidup kita. Artinya, memberikan mereka menu cinta yang terbaik setiap hari, setiap saat tanpa kenal lelah.

Jadi tidak perlu menunggu sampai setahun sekali baru Anda tergerak mengungkapkan cinta kepada orang-orang terdekat Anda, melainkan setiap hari dan terus-menerus. Karena bila terlambat waktunya mengucapkan cinta, Anda akan menyesal seumur hidup.

Mencintai tidak hanya sekadar berkorban. Bukan pula membiarkan diri tak berdaya dengan mengingkari keberadaan dan kebutuhan Anda sendiri agar bisa membahagiakan orang lain. Cinta, seperti yang sebutkan sebelumnya sama perti hal-hal lain, membutuhkan keseimbangan dalam hidup ini. Sudahkah Anda mencintai diri sendiri dan orang lain? Kini saatnya Anda memberi cinta!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar