Freedom For Me

Minggu, 18 Maret 2012

Love is mom........

cinta indah sang mama

WAJAH wanita tua itu seperti tersaput mendung.
Matanya terlihat berkaca-kaca. Bibirnya terkatup rapat. Hatinya gundah,
jiwanya berduka. Sosok perkasa pendamping hidupnya sedang tergolek lemah
di pembaringan cinta mereka. Sang penyeimbang jiwa itu terkulai lemas
di peraduan asmara mereka. Lelaki tua yang masih terlihat gagah itu
sudah lebih dari dua pekan tak mampu mengayuh biduk rumah tangganya. Ia
tak kuasa menghindar dari penyakit malaria yang datang mendera.


Melihat sang tambatan hati sudah terlelap, perempuan setia itu beranjak
pergi mencari buah hatinya. Saat ananda tercinta berada di hadapannya,
wanita separo baya itu berkata, ”Nak, apakah kamu mempunyai kelebihan
uang?” Sang putra menjawab, ”Punya, Ma.” Sang bunda terlihat tersenyum
lega. ”Bolehkah mama pinjam uangmu, Nak?” tanya sang mama penuh harap.
”Ya pasti boleh dong, Ma. Mama perlu berapa?” tanya sang buah hati.
Mendengar jawaban ananda, mata sang bunda terlihat berbinar-binar. Wajah
teduhnya terlihat berseri-seri saat menjawab, ”Mama hanya perlu
sembilan ratus ribu rupiah kok, Nak.”


Setelah menerima uang dari buah hatinya, wanita tua yang masih terlihat
cantik itu masuk ke dalam kamarnya. Tak lama kemudian ia kembali
memanggil sang buah hati. ”Ada apa lagi, Ma?” tanya sang anak. Setelah
menghela nafas panjang, sang mama menjawab, ”Anakku, seperti engkau
ketahui, papamu sudah lebih dari dua pekan tergolek sakit sehingga ia
tidak bisa mencari nafkah. Sudah saatnya kamu mengetahui bahwa selain
mama, kamu mempunyai tiga ibu lagi.” Sang anakpun kaget, terperanjat,
dan tertegun. Jiwanya tak menyangka sang mama akan berkata seperti itu.

Belum
lagi pulih dari rasa kagetnya, sang mama kembali berkata, ”Karena
papamu sakit, maka ia tidak dapat memberi nafkah kepada ibu-ibumu itu.
Kasihan papamu, nak. Ia tidak dapat memenuhi kewajibannya. Karena itu
mama minta kamu mau mengantarkan tiga amplop ini untuk ketiga ibumu itu.
Kalau kamu sudah bertemu dengan mereka, sampaikan salam dari mama dan
cium telapak tangan mereka seperti engkau mencium telapak tangan mama.”

Rasa
sedih, kecewa, kesal, dan marah bercampur aduk dalam hati anak
laki-laki itu. Sejatinya berat bagi dirinya untuk memenuhi permintaan
’aneh’ sang mama itu. Namun, ia tak kuasa melihat mata teduh milik sang
mama yang menatap dirinya dengan penuh harap. Dengan berat hati lelaki
muda itupun beranjak pergi. Saat berada dalam perjalanan hatinya masih
galau, jiwanya masih berduka. Untuk menenangkan hati dan menghibur
jiwanya, sang buah hati membuka ketiga amplop titipan mamanya. Alangkah
terkejutnya sang anak begitu mengetahui bahwa ketiga amplop itu
masing-masing berisi uang tiga ratus ribu.

”Ya
Allah, ternyata uang sembilan ratus ribu yang dipinjam mama dariku tadi
dibagi rata untuk ketiga madunya,” gumam sang buah cinta dalam hati.
Iapun menarik nafas dalam-dalam. Sejurus kemudian matanya terasa pedih
karena menahan air mata agar tidak jatuh membasahi pipi. Terbayang
olehnya tubuh renta sang mama yang sedang berjualan gorengan untuk
membantu belahan jiwanya yang hanya penjual parfum keliling. Terbayang
pula olehnya jemari ibunda yang sudah berkeriput memijat pundak sang
suami sepulang berjualan parfum. Anak laki-laki itupun teringat mamanya
yang sampai duduk tertidur di sebelah suaminya yang sedang tergolek
sakit.

Lelaki muda itu bersyukur karena telah
dianugerahiNya seorang mama semulia itu. Pemuda itu berharap agar kelak
Allah SWT berkenan memilihkan untuknya seorang wanita yang seindah
mamanya. Rasa bangga, kagum, dan hormat kepada sang bunda memenuhi
rongga-rongga jiwanya. Laki-laki muda itu semakin bersemangat menunaikan
amanah sang mama untuk mengirimkan amplop-amplop bagi ketiga madu sang
bunda. Namun, ia tidak akan mencium telapak tangan ketiga wanita itu
karena ia tidak yakin bahwa wanita-wanita itu sama indahnya dengan sang
mama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar